-->

iklan atas

Antara Aku, FIM dan Nilai-Nilai Universal yang dibawanya. (Mengapa Aku mencintai Forum Indonesia Muda)


Amrullah
Sedikit saya memperkenalkan diri, bukan untuk bermaksud riya dan jumawa ataupun termasuk bahasa-bahasa ungkapan lainnya yang sejenis. Karena ada satu idiom luar biasa yang sering teman-teman kampus mengatakannya tak kenal maka ta’aruf. Karena sambung mereka lagi dengan perkenalanlah akan menjadikan seseorang dekat dengan yang lainnya dan teman-teman juga bisa membaca biografi singkat tentang kita. Langsung saja nama saya Amrullah, Amrullah adalah salah satu penggalan nama seorang tokoh hebat dari Sumatra barat, yang hidupnya di dedikasikannya untuk Islam dan nilai-nilai kemanusiaannya. beliau banyak mengarang buku serta piawai dalam menyampaikan pesan agama kepada masyarakat. Buku-buku karangan beliau sangat menggugah para pembacanya. baik itu kalangan agama, intelektual maupun rakyat biasa. Ibu saya ketika itu sangat terinsfirasi dengan buku-buku beliau termasuk novel yang beliau karang seperti; tenggelamnya kapal Van der wijck, dibawah lindungan Ka’bah, Rubuhnya Surau kami, Dan lain-lainnya. Untuk itulah ibu ketika itu memberikan nama Amrullah. Yang merupakan sepenggal dari nama tokoh luar bisa Indonesia Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) agar kelak harapan beliau, saya bisa mengikuti jejak tokoh yang menjadi insfirasinya tersebut. Insya Allah ucapku pada ibu. saya berasal dari Kutacane Aceh Tenggara. Lahir di Medan setelah berumur 4 tahun kami sekeluarga hijrah ke daerah Kutacane. Saya bergolongan darah O, biasanya nih ya menurut penelitian namun apakah sudah di uji di laboratorium UI atau IPB itu saya belum tahu. orang-orang yang bergolongan darah O memiliki sifat Humoris, punya daya pikat terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya, dan biasanya kata-katanya sih golongan darah O juga punya bakat Leadership yang baik. Mungkin dari beberapa sifat inilah sejak masuk dunia perkuliahan dulu kami sudah memasuki dunia keorganisasian Kampus dan terjun aktif di dalamnya.

Berbicara dunia perkuliahan, pasti berbicara dunia kemahasiswaan, serta berbicara dunia aktivis kampus, tentu kesemuanya tidak luput dengan aktivitas yang penuh dengan tantangan, aktivitas yang menekankan bagaimana kita harus mengatur waktu sedemikian ruapa untuk membagi waktu belajar, waktu untuk aktivitas pekerjaan rumah serta aktivitas yang mengikut sertakan kita di dunia keorganisasian kampus dan luar kampus.

Di kampus sendiri kita akan mendapatkan berbagai unit kegiatan mahasiswa (ukm) yang menawarkan aktivitas-aktivtasnya sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa yang ada. Ada UKM aktivitas kerohanian Mahasiswa atau sering kita dengar dengan LDf (Lembaga Dakwah Fakultas) yang aktivitasnya lebih cenderung pada bagaimana teman-teman memberikan tauladan-tauladan keagamaan serta saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran kepda teman-teman yang lainnya. Ada BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) yang bertujuan memberikan dan menampung aspirasi Mahasiswa dan Masyarakat kemudian menyampaikannya kepada instansi yang di tuju. Ada ukm kesenian, olah raga, pecinta alam, kecendiaan dan lain-lainya. Yang kesemuanya itu bermuara pada bagaimana keseluruhan mahasiswa bisa ikut berpartisipasi dalam menyalurkan bakat yang mereka miliki.

Singkat cerita, setelah kami mengikuti aktivitas-aktivitas perkuliahan dan dunia keorganisasian kampus. Dan dikala itu sudah banyak informasi tentang sebuah kegiatan pemuda di pulau jawa sana yang menurut desas-desusnya sangat luar bisa. Pun yang bisa mengikuti kegiatan kepemudaan itu juga tidak sembarang pemuda yang bisa ikut, harus memiliki kualifikasi-kualifikasi yang baik, agar bisa lolos mengikuti program-program tersebut. Kala itu saya di ajak ngopi oleh senior saya di sebuah warung kopi di sudut kota Banda Aceh, membahas tentang agenda kepemudaan di tanah Jawa yang tempo hari di bicarakan. Senior yang satu ini memang sangat luar biasa sekali  dalam memperhatikan program-program peningkatan kapasitas keorganisasian kami, setiap ada informasi langsung diberitahukannya kepada kami dan di undangnya lagi senior-senior berprestasi agar kami dapat mengambil pelajaran dari mereka. Untuk ini semua dan atas ilmu yang beliau sharingkan kepada kami. Dan  saya sangat berterimakasih sekali. Walaupun terkadang ada perbedaan sudut pandang diantara kita, Itu semua tidak mengurangi sedikitpun ukhuwah islamiyyah yang telah terjalin.

Saya heran, tertegun dan takjub di forum-forum ramai yang lain juga sangat sering dibicarakan acara kepemudaan di pulau jawa tersebut. Dalam benak saya timbul sebuah pertanyaan “agenda gerangan apakah ini, yang masyhur dibicarakan oleh banyak pemuda kampus?” di forum lain juga banyak sekali alumni-alumni yang telah mengikuti acara kepemudaan tersebut merekomendasikan kepada kami agar segera mendaftar dan mengikuti seleksi acaranya. Sampai pada suatu kejadian ketika saya telat daftar dan seleksi berkas sudah ditutup,  tampak dari raut wajah senior tersebut guratan-guratan kesedihan dan sedikit kecewa, saya sangat ingat betul waktu itu di depan mesjid Fakultas Ekonomi Unsyiah. Ucapan saya yang tidak bernilai saat itu kepada beliau Cuma mengatakan “maaf ya bang”.

Satu tahun kemudian saya coba daftar kembali, namun takdir Allah saat itu berkas yang saya daftarkan via online belum juga keterima. Saya coba mengkoreksi persyaratan apa yang belum saya penuhi sehingga berkas tidak  di terima. Setelah sharing-sharing dengan para Alumni kegiatan kepemudaan tersebut ternyata banyak hal yang baru yang saya dapatkan setelah itu. pembukaan pendaftaran berikutnya saya tuliskan syarat-syaratnya dan Alhamdulillah dari ribuan orang yang mendaftar yang diterima hanya beberapa ratus orang dan saya termasuk di dalamnya. Satu hal yang terucap kala itu adalah Alhamdulillah dan senantiasa memperbanyak syukur kepada Allah Swt.. Ternyata dari ribuan yang mendaftar alhmdulillah saya bisa ikut berpartisipasi di dalamnya.

Hari demi hari sebelum keberangkatan saya dan teman-teman yang lolos mempersiapkan segala keperluan  kebetulan saat itu acara kepemudaan tersebut di buat di dua wilayah yang berbeda. Acara pertama di Jakarta acara kedua di Padang Sumatra Barat. Yang waktu itu ikut dalam rombongan ke Padang yang berasal dari Aceh yang mewakili almamater Unsyiah ada saya, Ira, bang Dekar, dan bang Gusra. Dengan antusias yang sangat luar biasa kami mempersiapkan diri untuk acara yang telah kami nanti-nantikan.

Setelah sampai di Bandara Internasional Sumatra Barat kami juga bertemu dengan delegasi dari kampus lainnya ada dari UGM, IPB, UI dan lain-lain sehingga menambah semangat kami dalam mengikuti rangkaian kegiatan kepemudaan tersebut dalam benak kami saat itu “kegiatan ini tidak mungkin di buat dengan sembarangan karena yang berhadir pada saat itu adalah delegasi-delegasi dari berbagai kampus yang ada di seluruh Indonesia”.

Setelah kami di jemput oleh panitia, dan setelah sampai di tempat acara yang saat itu bertempat di IPDN Bukit Tinggi, setelah diberi arahan untuk agenda selama beberapa hari kemudian, Kami pun beristirahat. Keesokan harinya acara di buka oleh Kementrian Informasi dan Telekomunikasi Indonesia Pak Tifatul Sembiring. Dengan untaian pantun yang menjadi ciri khasnya mengawali acara kami yang spektakuler tersebut. Sampai sekarang saya masih ingat betul untaian pantun pembukaan yang beliau ucapkan beginilah kurang lebih baitnya “batu pualam Indah di pahat, cerah  di terpa mentari pagi, kalau salam tidak di jawab dengan hangat mari saya ulangi sekali lagi”. Kemudian pantun penutupnya kurang lebih begini “Pak Ridwan berbaju Putih, cukup sekian dan terima kasih” ah elok nianlah cara beliau berpantun ni.

Dari rangkaian acara yang kami lewati selama beberapa hari, banyak hal baru yang kami dapatkan mulai dari pengorganisasian acara yang profesional, pemateri yang berkopeten di bidangnya dan teman-teman yang memang benar-benar memiliki jiwa kritis dan penuh dengan jiwa inovatif yang telah kami temui. Serta alumni-alumni yang telah berdedikasi untuk mensukseskan program-program yang ada. Jujur saya katakan dan ungkapan ini dari hati yang terdalam. Sebelumnya saya pribadi terbiasa dengan acara-acara yang hanya melibatkan organisasi-organisasi yang memiliki satu warna saja. Sulit bagi saya ketika itu bagaimana mengumpulkan elemen mahasiswa dari berbagai warna dan karakter organisasi di dalam satu wadah perjuangan. Setelah mengikuti rangkaian acara tersebut saya baru sadar dan memberikan pemahaman baru bagi diri saya pribadi bahwa dengan nilai-nilai universal yang telah ditampilkan dapat mengikat mahasiswa-mahasiswa dari berbagai latar organisasi yang berbeda menjadi sebuah wadah yang penuh kehangatan di dalamnya penuh dengan ide-ide kreatif bagaimana menjadikan tanah air kita ini menjadi tanah yang layak dan aman serta mampu menaungi kehidupan yang ada di dalamnya. Perpaduan berbagai warna menjadikannya pelangi yang indah. Dengan nilai-nilai universal tersebut mampu menggugah hati para pemuda untuk turut memikirkan problematika dan tantangan bangsanya baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Tentu engkau bertanya kepada kami tentang apa itu nilai-nilai universal bukan?

Sedikit kami menjawab sesuai dengan kapasitas akal dan pemikiran yang ada kawan. Nilai-nilai universal itu bukan sebuah nilai yang perlu pengkajian empiris dan tersistematis seperti skripsi maupun tesis yang sedang maupun akan kau jalani. Nilai-nilai universal tersebut adalah nilai-nilai yang terdapat di dalam kehidupan kita sehari-hari, nilai-nilai yang bertemakan tentang kemanusiaan, nilai-nilai bagaimana kita bisa dan harus memanusiakan manusia. Bagaimana kita memberikan pelayanan kepada yang lainnya. Karena dengan nilai-nilai inilah kita bisa berjabat tangan dengan saudara-saudara kita yang lain. Membantu mereka sesuai dengan kapasitas yang kita miliki. Ingatlah teman bahwa ada tiga penyakit yang sedang kita alami saat ini yaitu penyakit kebodohan, kemiskinan dan perpecahan. Dan obatnya adalah dengan nilai-nilai kemanusiaan tersebut berupa pendidikan dan wahana yang mendukung dalam pengentasan kebodohan dan kemiskinan tersebut. Karena kebodohan akan menyebabkan kemiskinan dan kemiskinan akan memudahkan kita untuk saling bermusuhan dan terpecah belah. Begitulah kiranya yang dapat kami jelaskan.

Dari beberapa hari mengikuti kegiatan tersebut cakrawala dalam benak dan fikiran kami mulai terbuka dan memberikan pemahaman baru bagi diri kami pribadi bahwa tidak ada ruang bagi diri ini sedikitpun untuk bermusuhan satu dengan lainnya. Tidak ada lagi kata, ini anak kiri, yang disana itu golongan kanan yang ada adalah kita saling bergandengan tangan bagaimana melepas simpul-simpul kebodohan di masyarakat kita, setelah itu melepaskan ikatan kemiskinan dan membebaskan masyarakat dari penyakit perpecahan. Engkau pasti bertanya kembali bukan kah pekerjaan itu sangat sulit untuk dilaksanakan? Tentu sangat sulit teman namun dengan adanya engkau dan kita bersama-sama melepaskannya tidak ada yang tidak mungkin bahwa suatu saat nanti simpul-simpul penyakit itu bisa terlepaskan kalaupun tidak kita, keturunan kita yang akan melanjutkan perjuangan tersebut. Karena nilai-nilai kemanusiaan harus di beri ruang dalam kehidupan bermasyarakat dan hrapan-harapan itu harus ada dalam hati kita setegar batu karang di lautan.

Di sebuah warung kopi langganan FIM Aceh bersama
 kak Alia Noor dari  Fim dejapu.
Setelah pulang ke Aceh perlu banyak pembenahan yang kami harus lakukan, walaupun kekuatan power wuss kami tidak sekuat teman-teman yang lain, jam terbang kami dalam melakukan pembinaan masyarakat masih nol adanya. Pun kami tidak memiliki pendanaan yang baik. Namun kami dan tim masih punya semangat dan berusaha dengan duduk dan diskusi ringan di salah atu pojok warung kopi langganan diselingi dengan canda dan tawa insya Allah semoga kami menjadi salah satu wasilah atau jalan dalam melakukan perubahan yang lebih baik untuk Aceh dan Indonesia. Dahulu juga Nanggroe Aceh Darussalam ditengah terseok-seok setelah perang yang berkepanjangan melawan Belanda, Jepang dan sekutu-sekutunya. Masih mampu memberikan sumbangsih yang menjadi cerita hangat dan haru terhadap anak cucu mereka yang salah satunya di Hotel Aceh ketika itu para pembesar mengumpulkan infak berupa emas dan lain-lainya dari saudagar-saudagar serta dari masyarakat agar dapat membantu Republik kita tercinta ini, semoga jiwa saling membantu tersebut terus di turunkan oleh anak cucu mereka ditanah yang penuh dengan patriotisme ini dan dari tanah yang di berkahi ini bisa kembali bersinar memberikan jalan terang bagi kebangkitan bangsa saat ini dan dimasa yang akan datang.

Teruntuk itu benarlah apa yang dikatakan oleh teman-teman di forum-forum pemuda, di warung kopi yang terletak di sudut-sudut kota banda Aceh tentang acara kepemudaan yang telah dilaksanakan. bahwa acara kepemudaan yang di wadahi Oleh Forum Indonesia Muda tersebut mampu memberikan inspirasi dan motivasi dan ide-ide baru bagi perubahan bangsa menuju lebih baik. Bahwa dalam membangun bangsa ini bukan hanya segelintir golongan saja, namun di perlukan semangat kolektivitas yang ada pada Mahasiswa sebagai agent of change  dalam mewujudkannya. Tidak lain yang dapat mempersatukan kita adalah nilai-nilai universal yang kita sudah bahas pada kalimat diatas, nilai-nilai kemanusiaan yang mampu merangkul segenap elemen masyarakat, tidak ada Aceh, jawa, batak, sunda, bugis yang terbaik. Yang ada adalah bagaimana kita memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan bangsa. Tanpa memandang suku dan golongan.

Kepada Bunda kami Tatty Almier dan Ayahanda kami pak Almier serta bang Ivan Ahda dan teman-teman di Forum Indonesia Muda. kami berterimakasih atas nilai-nilai yang sudah kalian berikan kepada kami. Sebagai pemuda kami juga harus disadarkan bagaimana menjadi problem solver terhadap problematika bangsa. Semoga nilai-nilai yang telah kami dapatkan tersebut menjadi batu pemantik bagi kami untuk lebih giat lagi untuk berbakti pada nusa dan bangsa. Amiin wassalam





0 Response to "Antara Aku, FIM dan Nilai-Nilai Universal yang dibawanya. (Mengapa Aku mencintai Forum Indonesia Muda)"

Post a Comment

Berkomentarlah yang baik dan Sopan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel