-->

iklan atas

10 Tangga Da'wah yang Perlu Kita Ketahui


(Ilustrasi Dakwah)

“Tegaknya amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan dengan cara-cara yang bijak akan menciptakan kelompok masyarakat yang saling mencintai segala perbuatan baik, dan membenci segala perbuatan buruk.  Hoca Efendi Muhammad Fethullah Gulen ”

Dalam berdakwah, kita juga dituntut untuk mengetahui jalan yang baik dan benar. agar, saudara-saudara yang kita ajak ke jalan kebaikan dapat menerimanya dengan lapang dada dan penuh dengan keantusiasan dalam mengikutinya. Terkadang banyak keluhan yang disampaikan para aktivis dakwah terkait betapa sedikitnya orang-orang yang mengikuti jalan kebaikan.  Malah, pada kasus tertentu banyak yang balik menyerang para da’i tersebut dan dengan sengitnya menolak kebaikan yang disampaikan.

Perlu kita ketahui bersama ikhwah sekalian bahwa apa yang kita alami dan apa yang kita terima dari perlakuan saudara-saudara kita tentang penolakan mereka terhadap amar ma’ruf nahi munkar salah satunya adalah Allah sedang memberikan ujian cintanya kepada kita. Sehingga, apakah kita mampu menerima ujian itu dengan lapang dada dan tetap teguh di jalannya atau malah sebaliknya kita akan berguguran di jalan dakwah seperti Ustad Fatiyakan katakan dalam judul bukunya “Mereka Yang Berguguran di Jalan Dakwah”.

Selanjutnya Rasul dan Nabi dapat kita jadikan contoh. Ketika, kita menghadapi tekanan  bahkan sampai pada taraf intimidasi yang kita rasakan. Dimana,  Alqur’an menjelaskan tentang cobaan yang di alami Para rasul dalam mengemban tugas mulia ini yaitu amar ma’ruf nahi munkar, sehingga dapat menjadi penyejuk dan motivasi bagi para da’i agar senantiasa teguh dalam mengemban amanah yang berat ini. Jadikanlah perkataan Ustad Rahmat Abdullah menjadi motivasi bagi kita. Dimana,  birkanlah lelah kita itu lelah mengikuti perjalanan kita, biarkanlah Futur itu Futur mengikuti langkah semangat kita. Contoh yang di alami para Rasul dalam mengemban amanah amar ma’ruf nahi munkar tersebut dapat kita jadikan pedoman dalam menjaga dan memperkuat ke ikhlasan serta keimanan kita dan memperteguh langkah kita untuk terus melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Sesuai dengan perkembangan zaman, roda pemikiran umat manusia juga berubah dan cara-cara dalam penyampaian kebaikan juga mengikuti sesuai dengan alunan ahlak dan pemikiran zaman yang ada. Kalau tidak demikian tentu kita sebagai da’i yang mengemban amanah estafet dakwah akan terlindas dimakan zaman dan perkataan kita tidak akan mengena kepada objek dakwah yang akan kita tuju.

Sebagian besar dari problematika tantangan dakwah saat ini adalah bahwa sebagian kita para da’i belum mampu membaca permasalahan ummat manusia pada saat ini. Mengutip istilah Ustad Bediuzzaman Said Nursi da’i adalah  layaknya seorang dokter Rohani yang mampu mendeteksi penyakit-penyakit zaman, kemudian penyakit tersebut didiagnosis dan diberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang dialami zaman tersebut. Literatur lainnya juga menyebutkan bahwa Hodja Efendi Muhammad Fethullah Gulen mengatakan, seorang da’i adalah arsitek rohani, dimana ia harus mampu merancang garis-garis harmonis peradaban zamannya. Yang mampu merancang secara detail pondasi bagungan zaman yang ia berada disana. Agar, rancangan tersebut sesuai dengan rumah peradaban yang di gariskan oleh baginda Rasul Muhammad Saw.

Hodja Efendi Muhammad Fethullah Gulen memberikan pesan kepada setiap da’i yang mewakafkan dirinya dalam amar ma’ruf nahi munkar agar mengetahui dengan jelas jalan-jalan yang harus di tempuh oleh mereka ketika menyampaikan tugas mulia tersebut. Dari banyak pesan beliau di dalam bukunya dakwah Jalan terbaik dalam berpikir dan menyikapi hidup ada 10 yang kami rangkum antara lain adalah :

1    Bekali Diri dengan Ilmu Pengetahuan

Dimana setiap da’i yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar disyaratkan harus mempunyai ilmu pengetahuan yang luas. Sebab, hubungan antara ilmu pengetahuan dengan cara menyampaikan kebaikan sangat erat. Terutama, mempunyai pengetahuan tentang ilmu agamanya. Sehingga ia dapat menerangkan seputar ajaran agamanya itu dengan gamblang dan jelas. Kalau tidak, maka dakwah yang ia sampaikan itu tidak akan berguna, bahkan akan menjadikan orang lain laridari ajaran agama yang disampaikan.

2.     Up Date Ilmu Pengetahuan

Bahwa seorang da’i yang senantiasa mengikuti perkembangan zamannya, ia akan menjadi da’i yang berhasil di dalam usaha dakwahnya. Hal ini bisa kita lihat dari sabda-sabda Rasulullah Saw. Tentang mengapa semua sabda beliau memberi pengaruh tersendiri di sanubari orang-orang yang mendengarnya? Jawabannya adalah, karna Rasulullah Saw. Selalu berbicara menurut perkembangan akal manusia pada masa itu. Sedangkan pada masa ini telah terjadi perubahan dalam mempertimbangkan sesuatu dan yang menjadi dasarnya, dimana manusai sekarang mementingkan pemikiran, sehingga orang di luar Islam dan orang-orang yang tidak beragama berbicara atas nama Ilmu dan pemahaman filsafat. Pada saat seorang muslim harus berhadapan dengan mereka menggunakan cara yang sama, maka masalah ini sangat erat hubungannya dengan tuntutan atas pengetahuan yang tersedia.

3.     Selaraskan Kalbu Dengan Al-qur’an

Jika seorang  da’i ingin berhasil dalam usaha dakwahnya, maka hendaklah ia menyesuaikan qalbunya seiring dengan petunjuk Al-qur’an dan Al-sunnah. Sebab, hubungan qalbu dengan tuntunan Al-qur’an dan Al-sunnah sangatlah dekat. Dengan kata lain,  Al-qur’an ini sangat erat kaitannya dengan qalbu yang bersih.

4.      Pilih Cara yang Sesuai Syariat

Seorang da’i harus memilih berbagai sarana yang dibolehkan untuk menyampaikan dakwahnya. Sebab, seorang da’i tidak akan berhasil sampai kepada sasaran dakwahnya, kecuali jika ia menempuh atau menggunakan berbagai cara yang dibolehkan oleh syariat Islam. Oleh karena itu, seorang da’i harus melakukannya dengan cara yang baik, seperti tidak berbohong, mencaci- maki, dan menyakiti pihak lain dengan tutur kata maupun perilakunya.
Allah Swt. Akan menghilangkan keberkahan dan kedamaian dari sisi para da’i yang menggunakan cara dakwah yang tidak Islami.

5.     Ikhlas menyampaikan kebaikan tanpa Pamrih

Jika seorang da’i tidak mempunyai kalbu yang ikhlas dan jujur, maka dakwah yanng ia sampaikan tidak akan berguna sedikitpun bagi para pendengarnya. Setiap da’i hendaknya merasa khawatir kalau dakwahnya tidak diiringi sikap ikhlas, seperti pada saat ia sempat berharap imbalan atau pujian dari objek dakwahnya. Ketika seorang da’i telah berharap mendapatkan imbalan dari tugas dakwahnya, maka ke ikhlasannya akan hilang. Tentang ini Al-qur’an telah menyebutkan sebagai berikut “Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepada kalian atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan Semesta Alam,’(QS Al-Syu’ara’:109) ayat ini menjelaskan bahwa Para Nabi dan Rasul tidak mengharapkan imbalan atas dakwah yang mereka sampaikan.

6.     Persiapkan diri sebelum menyampaikan kebaikan

Jika para da’i ingin berhasil dalam menyampaikan dakwahnya maka persiapan yang perlu di perhatikan antara lain adalah :
a.       Mengenali Lawan bicara
b.      Menjauhi perdebatan sia-sia
c.       Menghindari sikap individualis
d.      Mengenali pikiran obyek yang akan diajak bicara
e.       Selalu up date ilmu pengetahuan terkini
f.       Mempunyai wawasan yang luas
g.      Belajar tanpa kenal lelah
h.      Berbicara sesuai dengan ukuran yang akan diajak bicara

7.     Lakukan apa yang disampaikan
Jalan dakwah yang paling mendekati keberhasilan adalah, hendaknya seorang da’i hidup dengan apa yang ia sampaikan kepada umat atau pendengar dakwahnya. Sebab, tujuan dakwah hanyalah untuk mengajak manusia ke jalan Allah Swt. Yang lurus. Dan, seorang mukmin adalah siapa yang lahir maupun batinnya lurus. Jika hidup seorang mukmin setengah-setengah, maka ia dapat dikatakan sebagai seorang yang bersikap munafik. Oleh karena itu, seorang da’i harus bersih dari segala sifat yang tidak terpuji.
Adapun seorang da’i yang memilik akhlak terpuji mereka senantiasa menghiasi setiap tindakannya dengan :
a.       Menjadikan dirinya teladan bagi yang lain. Kalau kita membacara fikih dakwah, tentang metode dalam dakwah yang pertama adalah al-qudwah qabla dakwah yaitu memberikan tauladan sebelum menyampaikan kebaikan.
b.      Tidak peduli dengan kesulitan yang menghadang
c.       Jauhi kemunafikan dalam berbicara
d.      Bukan karena kehebatan orasi yang mempengaruhi seseorang dalam menerima dakwah melainkan seberapa keikhlasan seorang da’i tersebut dalam menyampakan dakwahnya.
e.       Selalu mengiringi kegiatannya dengan do’a


8.      Hiasi Kalbu dengan Sikap rendah diri

Seorang da’i harus senantiasa menjaga dan mengendalikan dirinya. Ia selalu berusaha untuk rendah diri, meskipun kedudukannya telah tinggi. Tidak diingkari lagi rendah diri merupakan pondasi utama dalam Islam. Kalau hubungan sesama hanya di dasari kepentingan peribadi alias mengutamakan “aku dan aku” saja pasti yang ada adalah kesombongan dan kelalaian saja.

9.     Jaga jarak dengan Penguasa dan Pengusaha

Seorang da’i seharusnya tidak mempunyai hubungan yang terlalu erat dengan penguasa dan konglomerat di luar tugasnya untuk menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar. Rasulullah bersabda ,“ seburuk-buruk umatku adalah para ulama yang suka mendatangi para penguasa, sebaliknya sebaik-baik para penguasa adalah mereka yang suka mendatangi ulama.” Kasyful Khafa karya Imama Al-ajluni, dan di dalam kitab Musnad al-firdaus, karya Imama al-da’ilami.
Sudah seharusnya para da’i tidak berharap kepada siapapun, karena tugas utamanya adalah memberikan nasihat kepada orang banyak, bukan untuk mengenyangkan perutnya dan mencari harta dari penguasa. Jika para da’i senantiasa bergaul erat dengan penguasa dan hartawan, hatinya akan dikuasai oleh mereka. Kebaikan mereka bisa mengubah hati para da’i. Dan, begitu juga sebaliknya jika para penguasa dan pengusaha yang suka mendatangi para da’i, merekalah yang pantas dihormati. Dengan catatan asalkan mereka tidak ada tujuan lain dalam mendekati da’i tersebut.

1.  Menyampaikan kebaikanlah sesuai dengan fitrah

Ber-amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh seorang da’i tidak boleh bertentangan dengan ketentuan fitrah. Bahkan hendaknya ia menjadikan fitrah sebagai bagian dari tugas sucinya itu. Karena fitrah sangat cocok dengan ayat-ayat penciptaan.  Jika dakwah seorang da’i bertentangan dengan fitrah fitrah manusai, tentu pembicaraannya tidak dimengerti oleh para pendengarnya, meskipun ia sangat panda’i berbicara. Bisa jadi para pendengarnya mengira ia berbicara khayalan.
Misalnya saja setiap orang pasti mempunyai rasa cinta kepada sesamanya, maka ia sangat salah kalau ia meniadakan atau tidak mengakui adanya perasaan suci tersebut.



0 Response to "10 Tangga Da'wah yang Perlu Kita Ketahui"

Post a Comment

Berkomentarlah yang baik dan Sopan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel