Sejarah Bangsa Moro Suku Mayoritas Muslim yang Mendiami Kepulauan Mindanao Filipina
www.faktaunik.online |
Baru-baru ini kita telah mendengarkan angin segar perdamaian, bagi saudara-saudara kita yang ada di Filipina, khususnya Umat Muslim Mindanao dimana bangsa moro yang berpenduduk muslim di kepulauan Mindanao telah memperoleh Referendum yang mendukung kebijakan pemerintahan otonomi khusus yang sesuai dengan agama yang mereka maksud adalah Islam. Akibat perbedaan keyaikinan ini, selama puluhan tahun telah terjadi konflik yang berkepanjangan dengan pemerintah Filipina yang berpusat di Manila. Jika kita melihat dan mencoba merenungi, ada kemiripan seperti konflik yang terjadi antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Indonesia yang berpusat di Jakarta, yang membedakannya Indonesia dan Aceh sama-sama dengan Bergama Islam, sementara faktor pembedanya adalah Indonesia. Hubungan agama dengan pemerintah, sedangkan Aceh yang terkenal dengan Syariat Islam meminta Otonomi khusus untuk penerapan Syariah Islam yang kala itu tidak boleh di indahkan oleh Pemerintah Indonesia, maka timbulah konflik yang berkepanjangan, sementara di Filipina terjadi konflik antara Mayoritas Katolik dengan Islam. Dimana Bangsa moro yang menyetujui Muslim ingin menerapkan syariah Islam sesuai dengan keyakinan yang mereka anut dan pemerintah Filipina juga tidak mengindahkannya sehingga hal ini yang menyebabkan salah satu faktor yang mempengaruhi konflik yang berkepanjangan antara Filipina dan Bangsa Moro.
Referendum Bangsa Morro |
Harian
berani SunStar, yang bermarkas di Manila, mengutip Komisi Pemilihan Umum
(Comelec), yang bertugas sebagai Dewan Canvasser Plebisit Nasional (NPBOC) dan
mengatakan suara "Ya" telah menang.
Lebih
dari 1,54 juta orang memberi suara "Ya" untuk mendukung BOL,
sementara 190 ribu suara menentang undang-undang tersebut, kata laporan itu.
Pengumuman
ini dikeluarkan setelah pemungutan suara resmi disetujui pada Jumat malam,
demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu.
Pengesahan
BOL berarti Wilayah Otonomi di Mindanao Muslim (ARMM) di Filipina Selatan akan
diganti dengan Wilayah Otonomi Bangsamoro di Mindanao Muslim (BARMM). Dimana
Pemungutan suara dimulai pada Senin (21/1) di Provinsi Maguindanao, Lanao Del
Sur, dan Provinsi Pulau Basilan, Tawi-tawi dan Sulu serta Kota Besar Cotabato
dan Isabela.
Tahap
kedua BOL akan diselenggarakan pada 6 Februari. Enam kota kecil di Lanao del
Norte dan 39 desa di enam kabupaten Provinsi Cotabato dan daerah di sekitarnya
akan memberikan suara dalam keikutsertaan mereka di wilayah otonomi.
Undang-Undang
tersebut, yang ditandatangani oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte tahun
lalu, dirancang untuk memberi otonomi bagi orang Muslim, selain kemajuan
kehakiman dan ekonomi.
Berdasarkan
undang-undang itu, pengadilan Hukum Islam akan dibuka di wilayah tersebut, dan
Pemerintah Pusat Filipina akan menyerahkan wewenang administrasi di Mindanao
kepada Pemerintah Bangsamoro.
Perairan
di Wilayah Bangsamoro akan secara bersama-sama dikelola oleh Pemerintah
Nasional dan Pemerintah Bangsamoro. Pemerintah Otonomi akan bertanggung jawab
dalam pengelolaan sumber daya energi.
Selain
itu, bekas petempur Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) dan Front Pembebasan
Islam Moro (MILF) akan bisa bergabung dengan pasukan resmi.
Sekilas Tentang bangsa Moro
Pulau-pulau dengan Kosentrasi yang dihuni Oleh Bangsa Moro |
Kini mayoritas populasi Mindanao beragama katolik.
Saat
ini, umat Islam hanya menjadi mayoritas di wilayah otonom ARMM, Daerah Otonomi
di Mindanao Muslim (ARMM). ARMM di bawah kepemimpinan Misuari termasuk
Maguindanao, Lanao del Sur, Sulu, dan Tawi-Tawi. ARMM dibentuk oleh pemerintah
pada tahun 1989 sebagai daerah otonom di Filipina Selatan. Sebagai hasil dari
perjanjian damai antara MNLF dan pemerintah pusat Filipina. Pada saat itu
penduduk dapat menyatakan pilihan mereka untuk bergabung dengan wilayah otonomi
Muslim dan akibatnya keempat daerah memilih untuk bergabung. Meski begitu,
perjanjian itu tidak memuaskan beberapa pejuang Muslim, sehingga Front
Pembebasan Islam Moro (MILF) dan kelompok Abu Sayyaf muncul. Kelompok ini
bersumpah untuk menentang dan memboikot ARMM dan terus berjuang untuk
kemerdekaan. Meskipun saat ini MILF juga menerima otonomi dengan syarat bahwa
daerah otonom ARMM diperluas dengan menambah beberapa provinsi tambahan.
Sejarah Singkat Penjajahan Spanyol
Kapal Spanyol |
Orang
Eropa pertama tiba pada 1521 dipimpin oleh Magellan yang kemudian dibunuh oleh
kepala suku setempat dalam perang. Kemudian Tentara Spanyol yang dipimpin oleh
Miguel Lopez Legaspi, yang tiba di pantai kepulauan Filipina pada 1565,
menghentikan pengembangan propaganda Islam pada 1570 di Manila, yang
menyebabkan pertempuran selama berabad-abad pendudukan Spanyol.
Jadi
dapat dikatakan bahwa penjajahan Spanyol dimulai pada 1565 di salah satu pulau
Filipina dan mereka segera mengetahui bahwa beberapa penduduk lokal adalah
Muslim. Mereka mengidentifikasi orang-orang ini dengan musuh historis mereka
yaitu Andalusia Muslim yang disebut Moor, yang kemudian menjadi nama bagi
Muslim di wilayah Filipina selatan. Ini membuat bangsa Spanyol memusuhi umat
Islam setempat dan selama tiga ratus tahun pendudukan Spanyol berlanjut.
Awal Penyebaran Islam di Mindanao
Selain
suku Maguindanao, suku lain yang tinggal di Pulau Mindanao adalah suku Maranao,
yang merupakan kelompok Muslim terbesar kedua di Filipina. Dari
kelompok-kelompok Muslim Filipina, Maranao adalah yang terakhir memeluk Islam.
Sufisme mempengaruhi gaya Islam di Maranao, terutama dalam hal kosa kata dan
musik ritual. Nama Moro mengacu pada empat suku yang mendiami Filipina selatan,
yaitu Tausug, Maranao, Maguindanao, dan Banguingui.
Sejarah
Awal Muslim Filipina Muslim Filipina memiliki sejarah panjang, selama
kedatangan Islam ke wilayah Asia Tenggara pada umumnya. Menurut sarjana Muslim
Filipina Ahmed Alonto, berdasarkan pada bukti sejarah yang tercatat, Islam
datang ke Filipina pada tahun 1280. Muslim pertama yang datang adalah Sherif
Macdum (Sharif Karim al-Makhdum) yang adalah seorang ahli hukum. Kedatangannya
diikuti oleh pedagang dan pengkhotbah Arab yang bertujuan untuk menyebarkan
Islam. Pada awalnya ia tinggal di kota Bwansa, di mana penduduk setempat secara
sukarela membangun masjid untuknya dan banyak yang berpartisipasi dalam
menghidupkan masjid. Perlahan-lahan beberapa pemimpin suku setempat menjadi
Muslim. Kemudian ia juga mengunjungi beberapa pulau lainnya. Makamnya diyakini
berada di pulau Sibutu. Selain orang Arab, Muslim India, Iran, dan Melayu
datang ke Filipina, menikahi penduduk setempat dan membentuk pemerintahan di
pulau-pulau yang tersebar di kepulauan Filipina. Salah satu pendiri pemerintah
adalah Sherif Abu Bakr, yang berasal dari Hadramaut. yang datang ke kepulauan
Sulu melalui Palembang dan Brunei. Dia menikahi putri Pangeran Bwansa, Raja
Baginda, yang sudah menjadi seorang Muslim. Ayah mertuanya mengangkatnya
sebagai pewaris. Setelah mengganti ayah mertuanya, ia menjalankan pemerintahan
dengan hukum Islam dengan memperhatikan adat setempat. Dengan demikian, ia bisa
disebut sebagai pendiri kesultanan Sulu yang selamat sampai kedatangan Amerika
ke Filipina. Kesultanan Sulu mencapai puncaknya pada abad ke-18 dan awal abad
ke-19, ketika pengaruhnya meluas ke Mindanao dan Kalimantan utara.
Sumber
:
0 Response to "Sejarah Bangsa Moro Suku Mayoritas Muslim yang Mendiami Kepulauan Mindanao Filipina"
Post a Comment
Berkomentarlah yang baik dan Sopan