-->

iklan atas

Sejarah Bangsa Moro Suku Mayoritas Muslim yang Mendiami Kepulauan Mindanao Filipina



www.faktaunik.online


Baru-baru ini kita telah mendengarkan angin segar perdamaian, bagi saudara-saudara kita yang ada di Filipina, khususnya Umat Muslim Mindanao dimana bangsa moro yang berpenduduk muslim di kepulauan Mindanao telah memperoleh Referendum yang mendukung kebijakan pemerintahan otonomi khusus yang sesuai dengan agama yang mereka maksud adalah Islam. Akibat perbedaan keyaikinan ini, selama puluhan tahun telah terjadi konflik yang berkepanjangan dengan pemerintah Filipina yang berpusat di Manila. Jika kita melihat dan mencoba merenungi, ada kemiripan seperti konflik yang terjadi antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Indonesia yang berpusat di Jakarta, yang membedakannya Indonesia dan Aceh sama-sama dengan Bergama Islam, sementara faktor pembedanya adalah Indonesia. Hubungan agama dengan pemerintah, sedangkan Aceh yang terkenal dengan Syariat Islam meminta Otonomi khusus untuk penerapan Syariah Islam yang kala itu tidak boleh di indahkan oleh Pemerintah Indonesia, maka timbulah konflik yang berkepanjangan, sementara di Filipina terjadi konflik antara Mayoritas Katolik dengan Islam. Dimana Bangsa moro yang menyetujui Muslim ingin menerapkan syariah Islam sesuai dengan keyakinan yang mereka anut dan pemerintah Filipina juga tidak mengindahkannya sehingga hal ini yang menyebabkan salah satu faktor yang mempengaruhi konflik yang berkepanjangan antara Filipina dan Bangsa Moro.

Referendum Bangsa Morro
Konflik yang berkepanjangan tersebut mulai menampakkan angin segar kompilasi persetujuan kedua belah pihak untuk melaksanakan referendum dalam menentukan otonomi khusus untuk bangsa moro, Seperti yang di lansir oleh CCN Indonesia, Undang-Undang Organik Bangsamoro (BOL) Jumat (25/1), setelah referendum memberikan otonomi lengkap buat Muslim Moro, demikian laporan media lokal.

Harian berani SunStar, yang bermarkas di Manila, mengutip Komisi Pemilihan Umum (Comelec), yang bertugas sebagai Dewan Canvasser Plebisit Nasional (NPBOC) dan mengatakan suara "Ya" telah menang.

Lebih dari 1,54 juta orang memberi suara "Ya" untuk mendukung BOL, sementara 190 ribu suara menentang undang-undang tersebut, kata laporan itu.

Pengumuman ini dikeluarkan setelah pemungutan suara resmi disetujui pada Jumat malam, demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu.
Pengesahan BOL berarti Wilayah Otonomi di Mindanao Muslim (ARMM) di Filipina Selatan akan diganti dengan Wilayah Otonomi Bangsamoro di Mindanao Muslim (BARMM). Dimana Pemungutan suara dimulai pada Senin (21/1) di Provinsi Maguindanao, Lanao Del Sur, dan Provinsi Pulau Basilan, Tawi-tawi dan Sulu serta Kota Besar Cotabato dan Isabela.

Tahap kedua BOL akan diselenggarakan pada 6 Februari. Enam kota kecil di Lanao del Norte dan 39 desa di enam kabupaten Provinsi Cotabato dan daerah di sekitarnya akan memberikan suara dalam keikutsertaan mereka di wilayah otonomi.

Undang-Undang tersebut, yang ditandatangani oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte tahun lalu, dirancang untuk memberi otonomi bagi orang Muslim, selain kemajuan kehakiman dan ekonomi.

Berdasarkan undang-undang itu, pengadilan Hukum Islam akan dibuka di wilayah tersebut, dan Pemerintah Pusat Filipina akan menyerahkan wewenang administrasi di Mindanao kepada Pemerintah Bangsamoro.

Perairan di Wilayah Bangsamoro akan secara bersama-sama dikelola oleh Pemerintah Nasional dan Pemerintah Bangsamoro. Pemerintah Otonomi akan bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya energi.

Selain itu, bekas petempur Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) akan bisa bergabung dengan pasukan resmi.

Sekilas Tentang bangsa Moro


Pulau-pulau dengan Kosentrasi yang dihuni Oleh Bangsa Moro
Mindanao adalah pulau terbesar kedua di Filipina dan salah satu dari tiga kelompok pulau utama dengan Luzon dan Visayas. Mindanao, yang terletak di bagian selatan Filipina, adalah daerah pemukiman bersejarah bagi Muslim atau suku moro, yang sebagian besar berasal dari suku Marano dan Tasaug. Moro adalah nama penjajah Spanyol untuk Muslim lokal. Midanau dan pulau-pulau di sekitarnya adalah Muslim. Perang untuk kemerdekaan diambil oleh Muslim selama lima abad melawan penguasa. Pasukan Spanyol, Amerika, Jepang dan Filipina belum berhasil mengurangi tekad mereka yang ingin melepaskan diri dari Filipina, yang telah berhasil mengumpulkan umat Katolik.

Kini mayoritas populasi Mindanao beragama katolik.


Saat ini, umat Islam hanya menjadi mayoritas di wilayah otonom ARMM, Daerah Otonomi di Mindanao Muslim (ARMM). ARMM di bawah kepemimpinan Misuari termasuk Maguindanao, Lanao del Sur, Sulu, dan Tawi-Tawi. ARMM dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1989 sebagai daerah otonom di Filipina Selatan. Sebagai hasil dari perjanjian damai antara MNLF dan pemerintah pusat Filipina. Pada saat itu penduduk dapat menyatakan pilihan mereka untuk bergabung dengan wilayah otonomi Muslim dan akibatnya keempat daerah memilih untuk bergabung. Meski begitu, perjanjian itu tidak memuaskan beberapa pejuang Muslim, sehingga Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan kelompok Abu Sayyaf muncul. Kelompok ini bersumpah untuk menentang dan memboikot ARMM dan terus berjuang untuk kemerdekaan. Meskipun saat ini MILF juga menerima otonomi dengan syarat bahwa daerah otonom ARMM diperluas dengan menambah beberapa provinsi tambahan.

Sejarah Singkat Penjajahan Spanyol


Kapal Spanyol
Selama periode kolonial, Spanyol menerapkan system (divided & enpera) adu-domba setelah lemah kemudian kuasai dan mision-sacre terhadap Muslim. Bahkan umat Muslim diberi stigma (nama panggilan untuk hal-hal buruk) sebagai "orang Moor" (Moro). Itu berarti orang-orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentado. Sejak itu julukan Moro telah melekat pada Muslim yang menghuni Filipina selatan.
Orang Eropa pertama tiba pada 1521 dipimpin oleh Magellan yang kemudian dibunuh oleh kepala suku setempat dalam perang. Kemudian Tentara Spanyol yang dipimpin oleh Miguel Lopez Legaspi, yang tiba di pantai kepulauan Filipina pada 1565, menghentikan pengembangan propaganda Islam pada 1570 di Manila, yang menyebabkan pertempuran selama berabad-abad pendudukan Spanyol.
Jadi dapat dikatakan bahwa penjajahan Spanyol dimulai pada 1565 di salah satu pulau Filipina dan mereka segera mengetahui bahwa beberapa penduduk lokal adalah Muslim. Mereka mengidentifikasi orang-orang ini dengan musuh historis mereka yaitu Andalusia Muslim yang disebut Moor, yang kemudian menjadi nama bagi Muslim di wilayah Filipina selatan. Ini membuat bangsa Spanyol memusuhi umat Islam setempat dan selama tiga ratus tahun pendudukan Spanyol berlanjut.

Awal Penyebaran Islam di Mindanao
Selain suku Maguindanao, suku lain yang tinggal di Pulau Mindanao adalah suku Maranao, yang merupakan kelompok Muslim terbesar kedua di Filipina. Dari kelompok-kelompok Muslim Filipina, Maranao adalah yang terakhir memeluk Islam. Sufisme mempengaruhi gaya Islam di Maranao, terutama dalam hal kosa kata dan musik ritual. Nama Moro mengacu pada empat suku yang mendiami Filipina selatan, yaitu Tausug, Maranao, Maguindanao, dan Banguingui.
Sejarah Awal Muslim Filipina Muslim Filipina memiliki sejarah panjang, selama kedatangan Islam ke wilayah Asia Tenggara pada umumnya. Menurut sarjana Muslim Filipina Ahmed Alonto, berdasarkan pada bukti sejarah yang tercatat, Islam datang ke Filipina pada tahun 1280. Muslim pertama yang datang adalah Sherif Macdum (Sharif Karim al-Makhdum) yang adalah seorang ahli hukum. Kedatangannya diikuti oleh pedagang dan pengkhotbah Arab yang bertujuan untuk menyebarkan Islam. Pada awalnya ia tinggal di kota Bwansa, di mana penduduk setempat secara sukarela membangun masjid untuknya dan banyak yang berpartisipasi dalam menghidupkan masjid. Perlahan-lahan beberapa pemimpin suku setempat menjadi Muslim. Kemudian ia juga mengunjungi beberapa pulau lainnya. Makamnya diyakini berada di pulau Sibutu. Selain orang Arab, Muslim India, Iran, dan Melayu datang ke Filipina, menikahi penduduk setempat dan membentuk pemerintahan di pulau-pulau yang tersebar di kepulauan Filipina. Salah satu pendiri pemerintah adalah Sherif Abu Bakr, yang berasal dari Hadramaut. yang datang ke kepulauan Sulu melalui Palembang dan Brunei. Dia menikahi putri Pangeran Bwansa, Raja Baginda, yang sudah menjadi seorang Muslim. Ayah mertuanya mengangkatnya sebagai pewaris. Setelah mengganti ayah mertuanya, ia menjalankan pemerintahan dengan hukum Islam dengan memperhatikan adat setempat. Dengan demikian, ia bisa disebut sebagai pendiri kesultanan Sulu yang selamat sampai kedatangan Amerika ke Filipina. Kesultanan Sulu mencapai puncaknya pada abad ke-18 dan awal abad ke-19, ketika pengaruhnya meluas ke Mindanao dan Kalimantan utara.
Sumber :


0 Response to "Sejarah Bangsa Moro Suku Mayoritas Muslim yang Mendiami Kepulauan Mindanao Filipina"

Post a Comment

Berkomentarlah yang baik dan Sopan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel